SINDANG ,PUSAT KOMANDO GERILYA DAN PEMERINTAHAN DARURAT MAJALENGKA

Tahun 2000, ketika masih ikut-ikutan KNPI Kecamatan Sukahaji, Penulis( Yath.Adhiyat) bersama dengan Rd.Ceceng Benny ( Kepala UPTD Dinas Pendidikan Kec.Sukahaji) dan Didi Rusnadi Hs ( Guru SMPN Sindangwangi ) telah berhasil mewawancari beberapa tokoh pejuang di antaranya R.Satori (Sukahaji), Bapak Tacih (Bayu Reja), Bapak Nemi ( Sindang ) dan beberapa tokoh lainnya.
Sindang, sebuah desa yang letaknya berada di timur kota Majalengka ( Sekarang sudah menjadi kecamatan ) ternyata pada jaman perang kemerdekaan mempunyai peranan yang cukup besar dalam sejarah Majalengka. Sindang merupakan Pusat Komando Gerilya dan Pusat Pemerintahan Darurat Kabupaten Majalengka. Bahkan pada saat itu para pejuang mengenalnya dengan Yogya Kecil.

Pada masa Agresi Militer I, Belanda juga melakukan penyerangan kembali ke Majalengka. Belanda memasuki Majalengka dati arah Cirebon dan Sumedang. Pos pertahanan yang berada di Kadipaten dan Jatiwangi berhasil dikuasai Belanda. Akibat dikuasainya Majalengka, banyak para pejuang juga pejabat pemerintahan yang mundur ke daerah pinggiran Majalengka dan pegunungan. Sebuah desa yang banyak didiami para pejuang dan pejabat pemerintahan adalah Desa Sindang. Tak heran bahwa Sindang dijadikan tempat yang aman dalam mengatur strategi perang gerilya pada saat itu. Beberapa pos Belanda berkali-kali diserang para pejuang.
Beberapa kesatuan militer yang berasal dari Jatiwangi Polisi Tentara (PT) pimpinan M.Halil dan Pasukan Istimewa pimpinan Mayor Syafe’i juga mundur ke Sindang. Bahkan Komadan Brigade V, Kolonel Abimanyu dengan stafnya Mayor Kusno Utomo, juga berada di desa Sindang.
Beberapa tokoh militer dan pejabat pemerintahan di bawah pimpinan Kolonel Abimanyu, serta tokoh lainnya Mr.Makmun, Affandi, Syafei dan beberapa pejuang lainnya, berkumpul musyawarah membicarakan keadaan Majalengka pada saat itu. Tempat musyawarahnya yang sekarang menjadi SD Sindang.
Keputusan penting musyawarah tersebut adalah :
  1. Membentuk Komando Gerilya Daerah V (KGD V ) di bawah pimpinan Kapten Affandi.
  2. Membentuk Komando Keamanan Daerah IV ( KKD IV ) di bawah pimpinan Bapak Yusuf.
  3. Membentuk pemerintahan darurat Majalengka dikepalai Bapak A.Havil.
Sindang pada saat itu juga memang tidak luput dari serangan Belanda. Kondisi geografis Sindang sangat menguntung para pejuang. Upaya Belanda measuki Sindang dari arah Rajagaluh tidak berhasil memasuki Sindang. Pertempuran di Tanjakan Pokek ( Indrakila-Pajajar ) mendapat perlawanan dari Polisi Tentara. Begitu juga di derah Pasir, Belanda mendapat serangan dari dua arah pimpinan Letnan Gani dan Serma Satori.
Sebagai Pusat Komando Gerilya tentunya bukan hanya bersiap mempertahan diri saja. Dari Sindang inilah berkali-kali lahir keputusan melakukan penyerangan ke pos-pos Belanda. Penyerangan tersebut antara lain ke Rajagaluh juga pos Belanda dekat jembatan sungai Cikeruh.
Sindang sebagai pusat pemerintahan darurat kantornya bertempat di rumah H.Masduki (Kuwu Sindang). Bahkan Bupati Cirebon Mr.Makmum dan beberapa stafnya berada di Sindang . Camat Jatiwangi RS Kartasasmita juga berada di Sindang.
Pada saat Hijrah ke Yogya, Para Pejuang dari Sindang menempuh rute Sindang-Pasirayu-Heubeulisuk-Gunungwangi-Sukasari-Cibodas-Cukang Bawok-Sangiang-Ciinjuk-Cibeunying-Kadugede dan berkumpul di Ciwaru (Kuningan ) bersama parea pejuang lainnya.
Perjalan hijrah dari Ciwaru menempuh tiga jalur, yaitu :
  1. Melalui laut : Ciwaru-Cirebon
  2. Melalui Kerata api : Ciwaru Cirebon
  3. Melalui jalan darat: Ciwaru-Cipukur-Tamiang Ropoh-Jawa Tengah
Pada saat mau melekukan hijrah inilah para pejuang menyebut sindang sebagai Yogya Kecil. Artinya mereka,para pejuang telah melakukan hijrah dari Majalengka,Jatiwangi ke Sindang hanya jaraknya tidak terlalu jauh dibanding pada saat akan hijrah ke Jogya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Collaboration request

Collaboration request